michaelsonmelrose.com — Bandara Internasional Soekarno-Hatta (CGK) kembali menorehkan prestasi membanggakan setelah resmi masuk dalam daftar bandara tersibuk di Asia Tenggara 2025, berdasarkan laporan terbaru OAG Aviation dan Airports Council International (ACI).
Sepanjang 2024, Soekarno-Hatta melayani lebih dari 54 juta penumpang, baik domestik maupun internasional. Angka ini meningkat sekitar 9 persen dibanding tahun sebelumnya.
Kinerja positif tersebut menempatkan Soekarno-Hatta di posisi ketiga bandara tersibuk di Asia Tenggara, hanya kalah dari Bandara Changi (Singapura) dan Kuala Lumpur International Airport (KLIA, Malaysia).
Capaian ini sekaligus menegaskan kebangkitan sektor penerbangan Indonesia pasca pandemi.
Baca Juga:
- “China Guncang Militer, 9 Petinggi Dipecat karena Dugaan Korupsi“
- “AS Didesak Segera Jual Emas untuk Beli Bitcoin dan Bayar Utang“
- “Love Scam dan Jualan Online Palsu, Modus Scammer Mengintai“
Tren Peningkatan dan Data Resmi
Menurut data OAG Aviation (Oktober 2025), Indonesia menjadi negara dengan kapasitas kursi penerbangan terbesar di Asia Tenggara, mencapai 19 juta kursi per bulan.
Angka tersebut menunjukkan dominasi Indonesia dalam pergerakan udara regional, didukung oleh konektivitas rute domestik dan ekspansi rute internasional.
Sementara itu, data Angkasa Pura II (AP II) menunjukkan bahwa jumlah pergerakan pesawat di Soekarno-Hatta mencapai 390 ribu penerbangan per tahun, dengan rata-rata 1.050 penerbangan per hari.
Pertumbuhan signifikan terjadi pada penerbangan internasional, terutama tujuan ke Timur Tengah, Australia, dan Asia Timur.
“Peningkatan ini merupakan hasil kerja sama semua pihak, mulai dari operator bandara, maskapai, hingga otoritas penerbangan,” ujar President Director PT Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin, dalam keterangan resmi, Jumat (25/10/2025).
Arus Penumpang dan Faktor Pendorong
Beberapa faktor mendorong lonjakan jumlah penumpang di Soekarno-Hatta:
- Peningkatan konektivitas domestik. Maskapai seperti Garuda Indonesia, Citilink, dan Lion Air Group memperluas rute ke wilayah timur Indonesia.
- Kembalinya wisatawan mancanegara. Pembukaan rute ke Jepang, Korea Selatan, dan Arab Saudi memicu lonjakan penerbangan internasional.
- Peningkatan infrastruktur. Modernisasi terminal 3 dan proyek digitalisasi layanan mempercepat proses keberangkatan dan kedatangan penumpang.
Menurut data Kementerian Perhubungan, total penumpang domestik dan internasional di Indonesia mencapai 135 juta orang pada 2024. Soekarno-Hatta menyumbang lebih dari 40 persen dari total tersebut.
Persaingan Ketat di Kawasan Asia Tenggara
Soekarno-Hatta kini bersaing ketat dengan Bandara Changi (Singapura) dan KLIA (Malaysia) yang juga mencatat lonjakan penumpang setelah pandemi.
Namun, Indonesia menunjukkan potensi kuat berkat pasar domestik yang besar.
Analis penerbangan Rico Gunawan dari Aviation Insight Asia menilai posisi Soekarno-Hatta akan terus menguat.
“Jika rencana perluasan landasan pacu ketiga dan terminal 4 selesai, Soekarno-Hatta bisa melayani hingga 80 juta penumpang per tahun,” ujarnya kepada CNBC Indonesia.
Pemerintah menargetkan Terminal 4 Soekarno-Hatta rampung pada 2027 dengan kapasitas tambahan 25 juta penumpang per tahun.
Dampak Ekonomi dan Peluang Investasi
Lonjakan lalu lintas penerbangan berdampak langsung terhadap perekonomian nasional.
Menurut data Kementerian BUMN, sektor transportasi udara berkontribusi lebih dari Rp230 triliun terhadap PDB Indonesia.
Soekarno-Hatta menjadi pusat utama logistik, perdagangan, dan pariwisata yang menyerap ratusan ribu tenaga kerja.
“Setiap peningkatan 10 persen pergerakan penumpang berpotensi menambah 0,1 persen pertumbuhan ekonomi nasional,” kata Ekonom Indef, Nailul Huda.
Selain itu, meningkatnya minat investor terhadap infrastruktur penerbangan menjadi sinyal positif bagi pembangunan jangka panjang.
Tantangan dan Strategi ke Depan
Meski pertumbuhan tinggi, Soekarno-Hatta masih menghadapi tantangan.
Kepadatan di jam sibuk, keterlambatan penerbangan, dan antrean bagasi masih menjadi perhatian utama penumpang.
PT Angkasa Pura II menyatakan akan mempercepat digitalisasi bandara melalui program “Airport Collaborative Decision Making (A-CDM)” untuk mengoptimalkan slot waktu penerbangan.
Langkah ini diharapkan mampu mengurangi keterlambatan hingga 25 persen.
Selain itu, pengembangan transportasi terintegrasi seperti kereta bandara, skytrain, dan akses tol langsung ke terminal 4 terus dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan penumpang.
Penutup
Masuknya Soekarno-Hatta ke dalam daftar bandara tersibuk Asia Tenggara menjadi bukti kebangkitan industri penerbangan Indonesia.
Kinerja positif ini juga mencerminkan keberhasilan pemerintah dan BUMN dalam mengelola sektor transportasi strategis.
Dengan ekspansi infrastruktur, modernisasi layanan, dan dukungan teknologi, Soekarno-Hatta berpotensi menjadi hub penerbangan terbesar di Asia Tenggara dalam beberapa tahun mendatang.
Capaian ini sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat konektivitas udara di kawasan Asia-Pasifik.
Baca Juga:




Leave a Reply