michaelsonmelrose.com — Dunia bisnis global tengah diguncang kabar bahwa pengusaha Kamboja-China Chen Zhi diduga memiliki kendali atas Habanos SA, produsen cerutu Kuba paling bergengsi di dunia.
Informasi ini muncul dalam laporan investigatif Cigars-Connect yang diperkuat analisis keuangan dari The Standard .
Temuan tersebut menyoroti struktur kepemilikan kompleks yang melibatkan jaringan perusahaan offshore di Kepulauan Cayman dan British Virgin Islands.
Melalui mekanisme itu, Chen Zhi disebut menguasai sebagian besar saham Habanos SA secara tidak langsung.
Baca Juga:
- “China Guncang Militer, 9 Petinggi Dipecat karena Dugaan Korupsi“
- “AS Didesak Segera Jual Emas untuk Beli Bitcoin dan Bayar Utang“
- “Love Scam dan Jualan Online Palsu, Modus Scammer Mengintai“
Profil dan Latar Belakang Chen Zhi
Chen Zhi merupakan pendiri Prince Holding Group, konglomerasi besar di Kamboja yang bergerak di bidang perbankan, properti, dan media.
Ia sempat masuk dalam daftar sanksi Departemen Keuangan Amerika Serikat pada Oktober 2025 karena dugaan pencucian uang dan kejahatan siber lintas negara (The Guardian).
Sejak itu, sejumlah lembaga internasional mulai menelusuri hubungan bisnis Chen Zhi di luar Kamboja, termasuk potensi kepemilikan perusahaan global.
Salah satu yang kini disorot adalah keterlibatannya dalam rantai kepemilikan Habanos SA — perusahaan yang mengekspor cerutu Kuba ke lebih dari 150 negara.
Dugaan Pengendalian Saham
Menurut Cigars-Connect, entitas yang terkait dengan Chen Zhi disebut memiliki saham mayoritas di perusahaan induk yang menaungi Habanos SA.
Investigasi menemukan pola transaksi lintas yurisdiksi yang menunjukkan pengaruh kuat atas keputusan manajemen.
“Skema ini memanfaatkan struktur offshore untuk menyembunyikan kepemilikan sebenarnya,” ungkap seorang pejabat investigasi keuangan Uni Eropa kepada Reuters.
Nilai aset yang teridentifikasi mencapai lebih dari US$200 juta.
The Standard melaporkan, setelah informasi ini mencuat, harga cerutu Kuba melonjak tajam di pasar Asia dan Eropa.
Harga kotak Cohiba Behike bahkan naik hampir 300% dalam tiga bulan terakhir.
Dampak terhadap Industri Cerutu Dunia
Industri cerutu Kuba selama ini dikenal sangat eksklusif dan diawasi ketat pemerintah.
Namun, dugaan keterlibatan pengusaha berstatus tersanksi membuat reputasi sektor tersebut dipertanyakan.
“Investor kehilangan kepercayaan karena ketidakjelasan kepemilikan saham,” kata Dr. Ryo Tanaka, analis ekonomi internasional dari Universitas Waseda, Tokyo.
Menurutnya, industri barang mewah seperti cerutu sangat rentan terhadap infiltrasi dana hasil kejahatan lintas batas.
Di sisi lain, lonjakan harga cerutu Kuba juga berdampak pada perdagangan internasional.
Banyak pengecer di Hong Kong dan Eropa menahan stok karena khawatir terhadap risiko hukum dan embargo baru.
Tanggapan Resmi dan Investigasi
Habanos SA belum memberikan pernyataan resmi mengenai dugaan keterlibatan Chen Zhi.
Namun, sumber internal perusahaan menyebutkan bahwa semua transaksi masih mematuhi hukum Kuba dan Spanyol.
Pemerintah Kuba melalui Kementerian Perdagangan Luar Negeri mengonfirmasi akan meninjau ulang seluruh struktur kepemilikan asing di industri tembakau.
“Kami menolak segala bentuk manipulasi saham yang dapat mencoreng reputasi nasional,” ujar María Elena Fuster, juru bicara kementerian, kepada Prensa Latina.
Sementara itu, Financial Action Task Force (FATF) memastikan akan meninjau transaksi lintas negara terkait perusahaan tembakau premium.
Lembaga itu menilai potensi pencucian uang melalui komoditas mewah seperti cerutu, karya seni, dan logam mulia terus meningkat sejak 2024.
Reaksi Global dan Potensi Sanksi Baru
Keterlibatan Chen Zhi menimbulkan efek domino terhadap pasar keuangan Asia Tenggara.
Investor mulai menarik dana dari proyek-proyek yang terafiliasi dengan Prince Holding Group.
Pemerintah Amerika Serikat, Inggris, dan Singapura disebut tengah berkoordinasi untuk membekukan aset yang terhubung dengan jaringan Chen Zhi, sebagaimana dilaporkan CBS News.
Apabila terbukti, Habanos SA bisa menghadapi risiko embargo perdagangan di bawah aturan Magnitsky Act.
“Ini bukan sekadar kasus individu, melainkan ujian bagi integritas industri global,” ujar Dr. Supachai Theeranont, pengamat kebijakan internasional dari Chulalongkorn University.
Menurutnya, perusahaan premium kini harus membuktikan kepatuhan terhadap regulasi keuangan lintas negara.
Analisis: Tantangan Transparansi di Era Offshore
Kasus Chen Zhi menjadi cermin dari lemahnya sistem pengawasan terhadap perusahaan offshore.
Meski tidak semua perusahaan luar negeri digunakan untuk kejahatan, praktik penyamaran aset membuat transparansi bisnis global terancam.
Ahli hukum internasional, Yuki Nakamoto, menilai perlunya kesepakatan multinasional baru untuk menelusuri sumber dana lintas yurisdiksi.
“Selama celah hukum masih ada, kasus seperti ini akan terus berulang,” katanya kepada Channel News Asia.
Ia menambahkan, kerja sama regional ASEAN dan FATF menjadi kunci agar ekonomi Asia tidak menjadi tempat persembunyian aset ilegal.
Penutup
Dugaan keterlibatan Chen Zhi dalam kepemilikan perusahaan cerutu Kuba menunjukkan kompleksitas hubungan antara bisnis legal dan jaringan keuangan gelap.
Meski penyelidikan masih berjalan, kasus ini telah mengguncang pasar cerutu internasional dan menimbulkan kekhawatiran investor global.
Langkah cepat regulator diharapkan mampu menjaga kredibilitas sektor barang mewah serta memperkuat kerja sama antarnegara dalam melawan praktik pencucian uang.
Dunia kini menanti hasil penyelidikan resmi yang akan menentukan arah masa depan industri cerutu global.
Baca Juga:




Leave a Reply