michaelsonmelrose.com — Lembaga penyiaran nasional Malaysia, Radio Televisyen Malaysia (RTM), mengeluarkan permohonan maaf resmi setelah salah menyebut nama Presiden Indonesia Prabowo Subianto dalam siaran langsung pembukaan KTT ASEAN ke-47 di Kuala Lumpur.
Kesalahan itu terjadi ketika komentator RTM menyebut “Presiden Joko Widodo” saat menyiarkan kedatangan delegasi Indonesia. Tayangan tersebut disiarkan secara langsung dan menjadi perhatian publik di seluruh Asia Tenggara.
RTM menjelaskan bahwa insiden ini merupakan kesalahan teknis penyiaran dan tidak disengaja. Setelah menyadari kekeliruan tersebut, RTM segera mengeluarkan pernyataan resmi permohonan maaf secara terbuka.
Baca Juga:
- “Malut Catat Pertumbuhan Ekonomi Tertinggi di Indonesia Tahun Ini“
- “Resmi! Timor Leste Akhirnya Jadi Negara Anggota ke-11 ASEAN“
- “Soekarno-Hatta Masuk Daftar Bandara Tersibuk di Asia Tenggara“
- “IQ 200! BJ Habibie Disebut Jenius Paling Hebat dari Indonesia“
📺 Langkah Cepat RTM dan Evaluasi Internal
Dalam pernyataannya, pihak RTM menegaskan penghormatan penuh kepada Presiden Prabowo Subianto serta seluruh kepala negara peserta KTT ASEAN. RTM juga menegaskan bahwa mereka telah melakukan evaluasi internal dan memberikan teguran kepada tim yang bertanggung jawab atas kesalahan tersebut.
Pihak manajemen RTM berjanji memperketat proses verifikasi dan pengawasan editorial pada semua siaran langsung di masa depan. Langkah ini diambil untuk menjaga profesionalisme lembaga serta menghindari kesalahan informasi pada acara berskala internasional.
Publik di Malaysia maupun Indonesia menilai langkah cepat RTM menunjukkan sikap tanggung jawab dan keterbukaan yang patut diapresiasi. Kesalahan tersebut dianggap sebagai momen pembelajaran bagi lembaga penyiaran publik untuk terus meningkatkan ketelitian dan akurasi.
🌏 Respons dan Dampak Diplomatik
Kesalahan penyebutan nama kepala negara tentu menjadi perhatian diplomatik, namun pemerintah Indonesia menanggapi insiden ini dengan tenang. Tidak ada ketegangan antara Jakarta dan Kuala Lumpur, karena Malaysia telah segera mengakui kekeliruan dan meminta maaf secara resmi.
Kementerian Luar Negeri Indonesia juga memastikan hubungan kedua negara tetap berjalan baik. Pihak Indonesia memahami bahwa insiden ini murni kesalahan teknis yang tidak mencerminkan sikap pemerintah Malaysia terhadap Indonesia.
Sejumlah pengamat media menyebut insiden ini menegaskan pentingnya standar etik dan profesionalisme jurnalisme internasional, terutama ketika meliput acara multilateral seperti KTT ASEAN yang disiarkan ke publik dunia.
🤝 Pembelajaran untuk Dunia Penyiaran ASEAN
Kasus ini menjadi pengingat penting bagi seluruh lembaga penyiaran di kawasan Asia Tenggara tentang pentingnya verifikasi data dan koordinasi lintas tim redaksi sebelum siaran langsung.
RTM telah membentuk tim khusus pengawasan konten untuk memastikan akurasi dan kualitas tayangan, khususnya pada acara resmi yang melibatkan kepala negara.
Langkah ini menunjukkan komitmen Malaysia untuk menjaga citra diplomatik dan memperkuat reputasi medianya di tingkat regional. Pemerintah Malaysia juga mendukung langkah perbaikan tersebut sebagai bagian dari upaya meningkatkan kepercayaan publik terhadap lembaga penyiaran nasional.
✅ Kesimpulan
Insiden RTM yang salah menyebut Presiden Prabowo Subianto dalam siaran KTT ASEAN menjadi contoh penting bahwa keakuratan informasi dan tanggung jawab media publik adalah fondasi hubungan antarnegara modern.
Dengan permintaan maaf terbuka dan langkah korektif cepat, RTM berhasil meminimalkan dampak diplomatik sekaligus memperkuat komitmen terhadap profesionalisme penyiaran.
Kejadian ini diharapkan menjadi pelajaran berharga bagi seluruh lembaga media di kawasan untuk terus menjunjung tinggi etika, ketepatan data, dan kredibilitas dalam setiap siaran internasional.
Baca Juga:




Leave a Reply